Negeri Matahari Terbit, Jepang terkenal dengan budaya kerja terlalu keras sehingga mendorong tingkat stres di negara tersebut tinggi. Tingkat stres di Jepang sangat tinggi, terutama dalam lingkungan kerja. Sekitar 82% karyawan di Jepang melaporkan mengalami stres terkait pekerjaan pada tahun 2022. Selain itu, sekitar 31% pekerja mengalami burnout, yang lebih tinggi 5% dari rata-rata global. Faktor utama penyebab stres ini termasuk beban kerja yang tidak berkelanjutan dan tekanan budaya yang kuat.
Akhirnya kini pemerintah Jepang berupaya untuk memberikan empat hari kerja dalam seminggu.
Dilansir Associated Press, Minggu (1/9/2024), pemerintah Jepang pertama kali menyatakan dukungan untuk minggu kerja yang lebih pendek pada tahun 2021, setelah anggota parlemen mendukung gagasan tersebut. Namun, konsep tersebut lambat diterima.
Menurut Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan, sekitar 8% perusahaan di Jepang mengizinkan karyawannya untuk mengambil cuti tiga hari atau lebih per minggu, sementara 7% memberikan pekerja mereka satu hari libur yang diamanatkan secara hukum.
Dukungan resmi pemerintah terhadap keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik merupakan perubahan yang nyata di Jepang, negara yang terkenal dengan budaya tabahnya yang gila kerja yang sering dianggap sebagai penyebab pemulihan nasional dan pertumbuhan ekonomi yang luar biasa setelah Perang Dunia II.
Tekanan konformis di Jepang untuk berkorban demi perusahaan sangat kuat. Disana, jam kerja yang panjang adalah norma. Meskipun 85% pengusaha melaporkan memberi pekerja mereka dua hari libur seminggu dan ada pembatasan hukum mengenai jam lembur, yang dinegosiasikan dengan serikat pekerja dan dirinci dalam kontrak. Namun, beberapa orang Jepang melakukan “kerja lembur”, yang berarti tidak dilaporkan dan dilakukan tanpa kompensasi.
Beberapa pejabat menganggap perubahan pola pikir itu penting untuk mempertahankan tenaga kerja yang layak di tengah angka kelahiran Jepang yang menurun drastis. Pada tingkat saat ini, yang sebagian disebabkan oleh budaya yang berfokus pada pekerjaan di negara itu, populasi usia kerja diperkirakan akan menurun 40% menjadi 45 juta orang pada tahun 2065, dari 74 juta saat ini, menurut data pemerintah.
Beberapa perusahaan di Jepang telah menerapkan bekerja empat hari dalam seminggu.
Fast Retailing Co., perusahaan Jepang yang memiliki Uniqlo, Theory, J Brand dan merek pakaian lainnya, perusahaan farmasi Shionogi & Co., dan perusahaan elektronik Ricoh Co. dan Hitachi telah mulai menawarkan empat hari kerja dalam seminggu dalam beberapa tahun terakhir.