Ilustrasi – Sejumlah warga terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki mengungsi di tenda-tenda BNPB di Desa Bokang Wolomatang, Titehena, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Rabu (6/11/2024). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/wpa/am.
Sejumlah guru didatangkan untuk memberikan pengajaran kepada anak-anak korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang saat ini terpaksa tinggal tempat di pengungsian di Kabupaten Flores Timur dan Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Semua disiapkan per hari ini. Jangan sampai anak ini terputus pendidikannya,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto dalam siaran konferensi pers penanganan dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang diikuti dari Jakarta, Kamis.
Suharyanto menjelaskan BNPB telah menyiapkan tenda darurat yang khusus untuk difungsikan sebagai kelas bagi anak-anak korban bencana belajar. Sementara pihak Dinas Pendidikan tingkat provinsi maupun kabupaten/kota yang mendatangkan guru-guru tersebut.
“Kementerian terkait yang akan memberikan teknisnya bagaimana,” ucap Suhariyanto.
Berdasarkan data Pusdalops BNPB, tercatat setidaknya korban terdampak mencapai 10.295 orang atau 2.734 Kepala Keluarga (KK). Mereka merupakan warga dari beberapa desa di tiga kecamatan yaitu Ile Bura, Titehena, dan Wulanggitang, yang menjadi korban terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki pada Senin (4/11) dini hari.
Meski belum menjelaskan secara rinci berapa jumlah anak usia sekolah yang terdampak, tapi BNPB memastikan saat ini telah mendirikan pengungsian yang layak dan tersebar sebanyak enam titik di Flores Timur dan Kabupaten Sikka.
Sampai dengan Kamis pagi tercatat masing-masing untuk Flores Timur pengungsian berada di Desa Lewolaga (693 orang pengungsi), Desa Hokeng (639 orang), dan Desa Konga (1.372 orang). Di Kabupaten Sikka total ada sebanyak 1.790 orang pengungsi dari tiga lokasi pengungsian yang disediakan pemerintah. https://hetmanzamosc.com/pages/