Badan pengungsi PBB telah mengimbau pemerintah Indonesia untuk menyelamatkan sebuah perahu yang terdampar di lepas pantai baratnya. Perahu tersebut membawa lebih dari 100 pengungsi Rohingya termasuk wanita dan anak-anak.
“UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees/Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi) mendesak pihak berwenang untuk memastikan penyelamatan di laut dan pendaratan yang aman bagi kelompok yang putus asa ini,” kata kata rekan perlindungan UNHCR di Indonesia, Faisal Rahman, seperti dikutip AFP, Selasa (22/10/2024).
“UNHCR dan mitra siap untuk mendukung dan memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan bagi orang-orang yang rentan ini,” ujarnya.
Perahu tersebut diyakini membawa lebih dari 100 pengungsi. Mereka telah berlabuh sekitar empat mil (enam kilometer) di lepas pantai provinsi paling barat Aceh.
Tetapi pada hari Senin sebuah kapal bantuan menariknya hingga hanya berjarak satu mil. Faisal menambahkan sebelumnya, lima orang Rohingya dievakuasi pada hari Kamis untuk perawatan medis di sebuah rumah sakit lokal.
Ia mengatakan setidaknya satu pengungsi meninggal saat berada di atas kapal. Faisal sendiri mengatakan negosiasi antara PBB dan pemerintah sedang berlangsung.
Perlu diketahui, Indonesia bukan penanda tangan konvensi pengungsi PBB dan mengatakan tidak dapat dipaksa untuk menerima pengungsi dari Myanmar tersebut. Sebaliknya pemerintah telah meminta negara-negara tetangga untuk berbagi beban dan memukimkan kembali warga Rohingya yang tiba di pantainya.
Banyak warga Aceh, yang memiliki kenangan tentang konflik berdarah selama puluhan tahun, bersimpati terhadap penderitaan sesama Muslim mereka. Namun yang lain mengatakan kesabaran mereka telah diuji, mengklaim bahwa warga Rohingya mengonsumsi sumber daya yang langka dan terkadang berkonflik dengan penduduk setempat.
Desember 2023, ratusan mahasiswa memaksa relokasi lebih dari seratus pengungsi Rohingya, menyerbu aula serbaguna di Aceh tempat mereka berlindung dan menendang barang-barang mereka. Etnis Rohingya yang sebagian besar beragama Islam mengalami penganiayaan berat di Myanmar, dan ribuan orang mempertaruhkan nyawa mereka setiap tahun dalam perjalanan laut yang panjang dan berbahaya untuk mencoba mencapai Malaysia atau Indonesia.