Ekonomi digital Indonesia punya potensi perkembangan yang luar biasa ke depannya. Setidaknya bisa menyumbang 20% dari PDB Indonesia pada 2045.
“Jadi kalau bicara potensi ekonomi digital, seperti yang tadi sudah disampaikan adalah efek ekonomi yang begitu besar, ekonomi efeknya sampai kurang lebih bisa mencapai 20 ribu triliun di tahun 2045, Itu bisa kontribusi GDP sekitar 20%,” kata Dirjen IKP Kementerian Kominfo Prabu Revolusi, dalam program Profit CNBC Indonesia, Rabu (18/8/2024).
Dia menjelaskan sekarang pendapatan digital menyumbang 4% dari PDB. Tahun depan diperkirakan meningkat hingga 10%.
Ekonomi digital sangat penting, termasuk untuk mempercepat Indonesia menjadi negara maju. Prabu mengatakan ada banyak negara yang bisa menjadi contoh.
Salah satunya adalah China. Ekonomi digital tembus 40% pada PDB negara tersebut.
“Ada banyak negara yang bisa kita jadikan sebagai contoh ya, bagaimana ekonomi digital mengerek mereka, naik ke atas, dan kemudian memiliki pertumbuhan ekonomi yang berlipat-lipat. Salah satunya Tiongkok, dimana pengaruh ekonomi digital terhadap GDP mereka sampai 40-an persen,” jelasnya.
Prabu juga mengingatkan pengembangan ekonomi digital tak bisa berdiri sendiri. Perlu sejumlah pilar lain yang juga harus dibangun secara bersamaan.
Salah satunya adalah regulasi. Dia mencontohkan fintech dan industri e-commerce berkembang pesat karena sudah diregulasi dengan baik.
Selain itu juga perlu dari segi pemerintah yang digital. Menurutnya ini penting untuk bisa memajukan ekonomi digital sebuah negara.
“Enggak bisa juga nih, ekonomi digital maju, regulasinya dibuat, tapi oleh pemerintah yang tidak punya pola pikir digital. Makanya GovTech menjadi sangat penting untuk kita dorong bersama-sama,” kata dia.
Berikutnya adalah infrastruktur digital, yang disebutnya hampir beres. Tahun depan, ditargetkan 100% pemukiman sudah terkoneksi jaringan internet.
Ada juga terkait keamanan siber, yang menurutnya perlu didorong baik dari sisi investasi dan regulasi. Terakhir adalah masyarakat yang paham konsekuensi dan etika hidup digital.
“Kalau masyarakatnya tidak menghendaki ya, ekonomi digital tidak akan tumbuh, perlu dorong budaya digital ke masyarakat Bisa lewat sekolah, bisa lewat komunitas, bisa lewat kampus bisa lewat mana saja,” ungkap Prabu.